Elis
Rahayu
TIDAK
KUHARAPKAN
Tepat pada tanggal 26
Mei 2000 Ibuku melahirkan seorang bayi laki-laki yang ku lihat hanya sepintas, Aku adalah anak
perempuan pertama dari dua bersaudara, sebelumnya aku telah mempunyai adik
laki-laki yang sekarang baru kelas 1 SMP, dan sekarang bertambahlah adikku
berjenis kelamin laki-laki juga. Sebelumnya Ibuku pernah hamil dan mengalami keguguran
dua kali setelah menpunyai anak kedua. Jujur Aku tidak ingin mempunyai seorang
adik lagi, aku tidak pernah mendambakan seorang adik ditengah-tengah
keluargaku.
Aku memang anak
pertama, tapi aku adalah anak paling manja, kedua orang tuaku menyayangiku
terutama Ayah, kenapa harus Ayah yang dekat dengan anak perempuan? Itulah
pertanyaan yang sering ditanyakan oleh teman-temanku. Sejak Ayah dan Ibu
menikah, lalu mereka mempunyai anak pertama yaitu Aku. Entah banyak masalah
atau apa diantara mereka yang jelas aku sering tinggal bersama ayah, dan ibu
sering tinggal dengan orang tuanya. Sejak kecil kemana-mana selalu dengan ayah,
sejak kecil pula aku sering sakit dan ayahlah yang selalu menemani disaat aku
terbaring lemah. Sampai sekarang pun ayahlah yang selalu menemaniku. Jika ayah
pergi bekerja, aku dirawat oleh ibunya yaitu nenekku. Sampai pada akhirnya
nenek meninggal dunia, aku masih dalam asuhannya.
Lalu bagaimana dengan ibu, ya ibu akhirnya aku merasakan
tinggal bersama ibu mungkin waktu itu umurku lima tahun. Ibu kembali melahirkan
anak kedua yaitu seorang anak laki-laki. Entah kenapa aku tidak lagi tinggal
bersama ibu dan adikku melainkan bersama ayahku. Menurut cerita dari nenek
yaitu mama ibuku begitu pula adik ayahku yang
bercerita pada saat usiaku baru 13 tahun. Saat ibu melahirkan anak
kedua, ayahku belum siap mempunyai anak lagi dan menitipkannya pada nenek dan
berkata “Bu, saya titipkan anak ini, terserah mau diapakan, dibuang boleh,
diberikan pada orang juga boleh” sambil memberikan bayi tersebut kepada nenek.
Pada saat itu nenek tidak tega untuk membuang bayi yang masih merah, jadi dia
merawatnya bersama ibu.
Sejak itu, aku sering
berdua bersama ayah, kemanapun kami berdua. Saat aku kelas empat SD aku dan
ayah pindah rumah, lalu ibu dan adikku tinggal bersama kami lagi. Kemudian ibu
hamil kembali dan dia mengalami keguguran karena terpeleset di kamar mandi.
Waktu itu aku baru tinggal bersama ibu dan sikapku pun masih dingin, entah
sampai sekarang masih seperti itu atau sudah tidak, aku tidak pernah
menyadarinya. Aku bicara pada ibu hanya seperlunya saja. Tidak pernah basa-basi,
tidak pernah bercerita apapun. Padahal anak seusiaku pasti sedang senang bercerita tentang lingkungan sekolah
kepada orang tuanya.
Beranjak aku sudah
masuk SMA, aku senang bercerita apapun aku ceritakan mulai dari teman-temanku
di sekolah, kejadian-kejadian lucu, hingga kesedihanku, semua kuceritakan pada
ayah tidak pada ibu, tapi walau begitu ibu selalu mendengarkanku dari jauh, dan
ayah begitu dekat denganku bahkan bisa menggantikan sosok seorang ibu bagiku.
Sejak kecil aku telah kehilangan sosok ibu dan digantikan oleh seorang ayah.
Waktu itu ibuku hamil lagi, aku tidak mau mempunyai adik, setiap hari aku
berdoa agar kandungan ibu mengalami keguguran atau anak yang dikandung ibu mengalami
kelainan sehingga terpaksa harus digugurkan supaya tidak terlahir ke dunia.
Bahkan aku sempat berusaha mencelakainya. Pertama, aku masukkan cairan
pembersih kutek pada minuman ibuku, tapi tidak berhasil. Kedua, aku sebarkan
sabun cair di kamar mandi pada saat ibu akan masuk kamar mandi. Itu aku lakukan
beulang-ulang, sampai akhirnya ibu keguguran dengan alasan dokter bahwa kondisi
ibu lemah, aku menduga penyebab tersebut mungkin pada saat hamil aku tidak
pernah membantu pekerjaan rumah ibu sedikitpun.
Aku adalah anak
kesayangan ayah, apapun keinginanku selalu dikabulkan, kemana-mana dengan ayah,
sampai belanja keperluanku dengan ayah. Adikku selalu iri padaku bahkan dia
pernah berkata “Kenapa harus teteh yang selalu dipenuhi permintaannya sama
ayah, kenapa aku tidak” dia berkata hal itu dengan nada marah. Pada saat mulai
memasuki dunia kuliah aku mulai dekat dengan ibu dan saat aku tahu kalau ibu mengandung
untuk kesekian kalinya, rasa takutku muncul dikala ibu dan ayah akan mempunyai
anak lagi kembali menyerang jiwa dan pikiranku. Setiap hari aku berdoa agar
Tuhan menggugurkan kembali kandungan ibu, atau jika sudah lahir, aku berharap
anak itu dipanggil kembali oleh Tuhan yang maha kuasa. Perut ibu semakin hari
semakin membesar dan semakin sering ia memeriksakan kandungannya ke dokter.
Sebenarnya aku benci melihat semua itu, hanya aku berusaha unutk meredam semua kebencianku.
Aku sudah mulai masuk
semester 2 hari itu hari selasa tidak jadwal mata kuliah, aku putuskan untuk
tidak pergi ke mana-mana dan berniat menyelesaikan bacaanku dan menyelesaikan
tugasku di rumah. Aku mulai membaca sampai tertidur, kira-kira pukul 11 pagi,
ibu memanggilku dan aku menyahutnya lalu tidur lagi, tidak terdengar lagi suara
ibu. Tiba-tiba datang ayah bersama bibiku dan membawa ibu ke rumah sakit.
Ternyata ibu melahirkan, sementara di rumah aku ketakutan karena akan mempunyai
adik dan ada orang baru yang hadir ditengah-tengah keluargaku. Aku tetap
menunggu di rumah, pada akhirnya ayah, ibu, bibi, datang ke rumah bersama bayi
laki-laki yang dibawa oleh seorang bidan. Ibu kemudian berbaring di ruang
tengah bersama bayinya ditemani oleh adik-adik ayahku, kemudian banyak tetangga
dari kalangan ibu-ibu keluar masuk rumah untuk menengok bayi ibuku. Aku tidak
menyapa ibuku waktu itu senyum pun tak ada dalam raut wajahku. Ibu mungkin tahu
kalau aku tidak ingin mempunyai adik lagi. Ibu tidak pernah menyuruhku
membantunya membereskan pekerjaan rumah atau apapun, hanya akhir-akhir ini aku
sedikit rajin membantu ibu, karena kasihan melihat perutnya yang membesar.
Sekali lagi aku tekankan, aku tidak suka mempunyai adik lagi,sama sekali tidak
suka.
Cianjur,
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar