Total Tayangan Halaman

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 24 Oktober 2015

Cerpenku



Elis Rahayu
TIDAK KUHARAPKAN

Tepat pada tanggal 26 Mei 2000 Ibuku melahirkan seorang bayi laki-laki yang ku lihat hanya sepintas, Aku adalah anak perempuan pertama dari dua bersaudara, sebelumnya aku telah mempunyai adik laki-laki yang sekarang baru kelas 1 SMP, dan sekarang bertambahlah adikku berjenis kelamin laki-laki juga. Sebelumnya Ibuku pernah hamil dan mengalami keguguran dua kali setelah menpunyai anak kedua. Jujur Aku tidak ingin mempunyai seorang adik lagi, aku tidak pernah mendambakan seorang adik ditengah-tengah keluargaku.
Aku memang anak pertama, tapi aku adalah anak paling manja, kedua orang tuaku menyayangiku terutama Ayah, kenapa harus Ayah yang dekat dengan anak perempuan? Itulah pertanyaan yang sering ditanyakan oleh teman-temanku. Sejak Ayah dan Ibu menikah, lalu mereka mempunyai anak pertama yaitu Aku. Entah banyak masalah atau apa diantara mereka yang jelas aku sering tinggal bersama ayah, dan ibu sering tinggal dengan orang tuanya. Sejak kecil kemana-mana selalu dengan ayah, sejak kecil pula aku sering sakit dan ayahlah yang selalu menemani disaat aku terbaring lemah. Sampai sekarang pun ayahlah yang selalu menemaniku. Jika ayah pergi bekerja, aku dirawat oleh ibunya yaitu nenekku. Sampai pada akhirnya nenek meninggal dunia, aku masih dalam asuhannya.
            Lalu bagaimana dengan ibu, ya ibu akhirnya aku merasakan tinggal bersama ibu mungkin waktu itu umurku lima tahun. Ibu kembali melahirkan anak kedua yaitu seorang anak laki-laki. Entah kenapa aku tidak lagi tinggal bersama ibu dan adikku melainkan bersama ayahku. Menurut cerita dari nenek yaitu mama ibuku begitu pula adik ayahku yang  bercerita pada saat usiaku baru 13 tahun. Saat ibu melahirkan anak kedua, ayahku belum siap mempunyai anak lagi dan menitipkannya pada nenek dan berkata “Bu, saya titipkan anak ini, terserah mau diapakan, dibuang boleh, diberikan pada orang juga boleh” sambil memberikan bayi tersebut kepada nenek. Pada saat itu nenek tidak tega untuk membuang bayi yang masih merah, jadi dia merawatnya bersama ibu.
Sejak itu, aku sering berdua bersama ayah, kemanapun kami berdua. Saat aku kelas empat SD aku dan ayah pindah rumah, lalu ibu dan adikku tinggal bersama kami lagi. Kemudian ibu hamil kembali dan dia mengalami keguguran karena terpeleset di kamar mandi. Waktu itu aku baru tinggal bersama ibu dan sikapku pun masih dingin, entah sampai sekarang masih seperti itu atau sudah tidak, aku tidak pernah menyadarinya. Aku bicara pada ibu hanya seperlunya saja. Tidak pernah basa-basi, tidak pernah bercerita apapun. Padahal anak seusiaku pasti sedang  senang bercerita tentang lingkungan sekolah kepada orang tuanya.
Beranjak aku sudah masuk SMA, aku senang bercerita apapun aku ceritakan mulai dari teman-temanku di sekolah, kejadian-kejadian lucu, hingga kesedihanku, semua kuceritakan pada ayah tidak pada ibu, tapi walau begitu ibu selalu mendengarkanku dari jauh, dan ayah begitu dekat denganku bahkan bisa menggantikan sosok seorang ibu bagiku. Sejak kecil aku telah kehilangan sosok ibu dan digantikan oleh seorang ayah. Waktu itu ibuku hamil lagi, aku tidak mau mempunyai adik, setiap hari aku berdoa agar kandungan ibu mengalami keguguran atau anak yang dikandung ibu mengalami kelainan sehingga terpaksa harus digugurkan supaya tidak terlahir ke dunia. Bahkan aku sempat berusaha mencelakainya. Pertama, aku masukkan cairan pembersih kutek pada minuman ibuku, tapi tidak berhasil. Kedua, aku sebarkan sabun cair di kamar mandi pada saat ibu akan masuk kamar mandi. Itu aku lakukan beulang-ulang, sampai akhirnya ibu keguguran dengan alasan dokter bahwa kondisi ibu lemah, aku menduga penyebab tersebut mungkin pada saat hamil aku tidak pernah membantu pekerjaan rumah ibu sedikitpun.
Aku adalah anak kesayangan ayah, apapun keinginanku selalu dikabulkan, kemana-mana dengan ayah, sampai belanja keperluanku dengan ayah. Adikku selalu iri padaku bahkan dia pernah berkata “Kenapa harus teteh yang selalu dipenuhi permintaannya sama ayah, kenapa aku tidak” dia berkata hal itu dengan nada marah. Pada saat mulai memasuki dunia kuliah aku mulai dekat dengan ibu dan saat aku tahu kalau ibu mengandung untuk kesekian kalinya, rasa takutku muncul dikala ibu dan ayah akan mempunyai anak lagi kembali menyerang jiwa dan pikiranku. Setiap hari aku berdoa agar Tuhan menggugurkan kembali kandungan ibu, atau jika sudah lahir, aku berharap anak itu dipanggil kembali oleh Tuhan yang maha kuasa. Perut ibu semakin hari semakin membesar dan semakin sering ia memeriksakan kandungannya ke dokter. Sebenarnya aku benci melihat semua itu, hanya aku berusaha unutk  meredam semua kebencianku.
Aku sudah mulai masuk semester 2 hari itu hari selasa tidak jadwal mata kuliah, aku putuskan untuk tidak pergi ke mana-mana dan berniat menyelesaikan bacaanku dan menyelesaikan tugasku di rumah. Aku mulai membaca sampai tertidur, kira-kira pukul 11 pagi, ibu memanggilku dan aku menyahutnya lalu tidur lagi, tidak terdengar lagi suara ibu. Tiba-tiba datang ayah bersama bibiku dan membawa ibu ke rumah sakit. Ternyata ibu melahirkan, sementara di rumah aku ketakutan karena akan mempunyai adik dan ada orang baru yang hadir ditengah-tengah keluargaku. Aku tetap menunggu di rumah, pada akhirnya ayah, ibu, bibi, datang ke rumah bersama bayi laki-laki yang dibawa oleh seorang bidan. Ibu kemudian berbaring di ruang tengah bersama bayinya ditemani oleh adik-adik ayahku, kemudian banyak tetangga dari kalangan ibu-ibu keluar masuk rumah untuk menengok bayi ibuku. Aku tidak menyapa ibuku waktu itu senyum pun tak ada dalam raut wajahku. Ibu mungkin tahu kalau aku tidak ingin mempunyai adik lagi. Ibu tidak pernah menyuruhku membantunya membereskan pekerjaan rumah atau apapun, hanya akhir-akhir ini aku sedikit rajin membantu ibu, karena kasihan melihat perutnya yang membesar. Sekali lagi aku tekankan, aku tidak suka mempunyai adik lagi,sama sekali tidak suka.







                                                                                                            Cianjur, 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar