Total Tayangan Halaman

Total Tayangan Halaman

Senin, 19 Oktober 2015

SINOPSIS Cerpen Robohnya Surau Kami

Judul                : Robohnya Surau Kami
Pengarang       : A.A. Navis
SINOPSIS Cerpen Robohnya Surau Kami
Di sebuah desa, hidup seorang kakek tua yang tinggal di surau desa. Sudah bertahun-tahun dia tinggal di surau itu sebagai penjaga surau. Karena hidup sebatang kara, dia harus menggantungkan hidupnya dari upah mengasah pisau.Biasanya masyarakat yang meminta bantuannya mengasah pisau akan memberinya sambal, rokok, ataupun sedikit uang. Tidak sedikit juga yang hanya memberinya ucapan terima kasih dan segaris senyuman. Enam bulan sekali dia mendapatkan ikan hasil pemunggahan dari kolam ikan mas yang ada di depan surau, selain itu setahun sekali ia mendapatkan fitrah Id dari orang-orang yang tinggal disekitarnya.
Dia memiliki keyakinan bahwa materi bukanlah segala-galanya dan dia berpikir lebih baik ia memikirkan kehidupan nanti di akhirat dari pada kehidupan sekarang di dunia. Kakek tersebut taat beribadah sampai-sampai melupakan semua kebutuhan duniawinya. Suatu  hari Ajo Sidi menemui Kakek di surau. Ajo Sidi dikenal sebagai seorang pembual desa yang sering menceritakan kisah-kisah yang pelaku-pelaku dalam kisah tersebut adalah orang-orang yang menurutnya mempunyai kesamaan perilaku dengan tokoh yang ada di dalam kisah karangannya. Biasanya Ajo Sidi akan menceritakan kisah yang sifatnya menghina orang yang sedang ia ajak bicara.
Namun kelebihan yang dia miliki adalah, dia merupakan orang yang suka bekerja keras karena hampir sepanjang waktunya dia habiskan untuk bekerja. Ajo Sidi menceritakan kisah tentang Haji Saleh, seorang alim yang seumur hidupnya dia habiskan untuk ibadah namun di akhirat Haji Saleh tetap saja masuk ke neraka. Dalam cerita karangan Ajo Sidi, Tuhan marah kepada Haji Saleh karena dia terlalu egois sehingga mengabaikan kebutuhan keluarganya di dunia karena terlalu sibuk mengejar kehidupan indah di surga nantinya. Kakek merasa marah dan tersinggung karena cerita Ajo Sidi, tidak hanya itu, Kakek juga jadi pendiam dan kelihatan murung setelah pertemuannya dengan Ajo Sidi.Di Surau yang merupakan tempat tinggalnya itu

Kakek hanya duduk dan termenung memikirkan cerita yang beberapa hari lalu didengarnya itu. Entah bagaimana Kakek merasa bersalah dan sangat berdosa, hingga pada suatu hari Kakek ditemukan telah mati bunuh diri di surau. Dia menggorok lehernya menggunakan pisau yang sebelumnya dia tujukan untuk menggorok leher Ajo Sidi demi melampiaskan kemarahannya. Ketika Ajo Sidi dicari untuk dimintai pertanggung jawabannya, Ajo Sidi malah tidak ada di rumahnya karena dia sedang pergi bekerja seperti biasanya. Dia hanya menitipkan pesan pada istrinya untuk membelikan tujuh lapis kain kafan untuk Kakek.


UNSUR INTRINSIK :
 Tema            :Tema cerpen ini adalah seorang kepala keluarga yang lalai menghidupi keluarganya.
 Amanat        : 1) jangan cepat marah kalau diejek orang,
2) jangan cepat bangga kalau berbuat baik,
3) jangan terpesona oleh gelar dan nama besar,
4) jangan menyia-nyiakan yang kamu miliki, dan
5) jangan egois.
 Latar
-Latar Tempat 
kota, dekat pasar, di surau, dan sebagainya
-Latar Waktu
Beberapa tahun yang lalu.
 Alur (plot)
Alur cerpen ini adalah alur mundur karena ceritanya mengisahkan peristiwa yang telah berlalu yaitu sebab-sebab kematian kakek Garin.
 Penokohan
Tokoh-tokoh penting dalam cerpen ini ada empat orang, yaitu tokoh Aku, Ajo Sidi, Kakek, dan Haji Soleh

(a) Tokoh Aku berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain.
(b) Ajo Sidi adalah orang yang suka membual
(c) Kakek adalah orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan mempercayai orang lain.
(d) Haji Soleh yaitu orang yang telah mementingkan diri sendiri. 
 Sudut Pandang
Di dalam cerpen ini pengarang memposisikan dirinya dalam cerita ini sebagi tokoh utama atau akuan sertaan sebab secara langsung pengarang terlibat di dalam cerita dan ini terasa pada bagian awal cerita. Selain itu pengarang pun berperan sebagai tokoh bawahan ketika si kakek bercerita tentang Haji Soleh di depan tokoh aku.
 Gaya bahasa
Di dalam cerpen ini pengarang benar-benar memanfaatkan kata-kata. Gaya bahasanya sulit di pahami, gaya bahasanya menarik dan pemilihan katanya pun dapat memperkaya kosa kata siswa dalam hal bidang keagaman.
UNSUR EKSTRINSIK :
·    Nilai sosial
Kita harus saling membantu jika orang lain dalam kesusahan seperti dalam cerpen tersebut karena pada hakekatnya kita adalah makhluk sosial.
·    Nilai Moral :
Kita sebagai sesama manusia hendaknya jangan saling mengejek atau menghina orang lain tetapi harus saling menghormati.
·    Nilai Agama :
Kita harus selau malakukan kehendak Allah dan jangan melakukan hal yang dilarang oleh-Nya seperti bunuh diri, mencemooh dan berbohong.
·    Nilai Pendidkan :
Kita tidak boleh putus asa dalam menghadapi kesulitan tetapi harus selalu berusaha dengan sekuat tenaga dan selalu berdoa.
·    Nilai Adat :
Kita harus menjalankan segala perintah Tuhan dan memegang teguh nilai- nilai dalam masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar