PEMEROLEHAN BAHASA
Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah “Psikolinguistik”
Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Sri Mulyanti, M.Pd.
Mia Fatimatul Munsi, S.Pd.,
M.Pd.
oleh
Kelompok 4
Anggota:
1. Elis
Rahayu
3. Resti Fauziah Kusmana
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SURYAKANCANA
CIANJUR
2015
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SURYAKANCANA
CIANJUR
2015
KATA
PENGANTAR
Dengan segala
kerendahan hati, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Tugas ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Psikolinguistik.
Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesulitan dan
hambatan dalam menyelesaikan makalah ini, dan
makalah ini masih jauh dari
sempurna karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak, penulis
harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan.
Akhirnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membatu dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Pemerolehan
Bahasa”. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Cianjur, Oktober 2015
penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3
Tujuan............................................................................................................ 2
1.4
Manfaat.......................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pemerolehan Bahasa......................................................................... 3
2.2 Hipotesis Nurani.................................................................................................. 4
2.3 Hipotesis Tabularasa............................................................................................ 5
2.4 Hipotesis Kesemestaan Kognitif.......................................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1
Simpulan........................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 9
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa adalah
milik manusia yang telah menyatu dengan dirinya. Sebagai salah satu milik
manusia, bahasa selalu muncul dalam segala aspek kegiatan manusia. Tidak ada
satu kegiatan manusia pun yang tidak disertai dengan kehadiran bahasa. Oleh karena
itu, jika orang bertanya mengenai arti bahasa, jawabannya dapat bermacam-macam
sejalan dengan bidang kegiatan tempat bahasa itu digunakan.
Penguasaan aspek-aspek kebahasaan oleh seseorang
dapat berlangsung melalui pemerolehan bahasa (language acquisition), dapat
pula berlangsung melalui pembelajaran bahasa (language learning).
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam tulisan ini akan membahas hal-hal yang
berhubungan dengan pemerolehan bahasa. Masalah ini perlu dikaji karena dalam
pemerolehan bahasa pertama bagi anak-anak terdapat peranan lingkungan
kebahasaan orang dewasa yang memiliki pengaruh signifikan. Oleh karena itu,
terwujudnya lingkungan kebahasaan yang kondusif menjadi penting untuk
diperhatikan. Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud
dengan pemerolehan bahasa?
2. Bagaimanakah
pemerolehan bahasa menurut hipotesis nurani?
3. Bagaimanakah
pemerolehan bahasa menurut hipotesis tabularasa?
4. Bagaimanakah
pemerolehan bahasa menurut hipotesis kesemestaan kognitif?
1.3
Tujuan
Untuk mendeskripsikan bagaimana pemerolehan bahasa terjadi pada manusia.
1.4
Manfaat
Tulisan ini diharapkan
dapat memberikan manfaat untuk lebih mengetahui bagaimana pemerolehan bahasa
pada umumnya terjadi pada manusia, serta dapat bermanfaat untuk dijadikan bahan
acuan untuk memperluas pengetahuan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa
secara alamiah, artinya proses tersebut berlangsung melalui interaksi atau
komunikasi dalam masyarakat pemakai bahasa itu. Dengan cara ini pemerolehan
bahasa menerima masukan dari masyarakat bahasa sasaran dan berusaha melakukan
komunikasi dengan masyarakat bahasa. Dalam KBBI dijelaskan bahwa pemerolehan
bahasa (akuisisi) adalah pemerolehan bahasa ibu oleh anak-anak. Pemerolehan
bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak
anak-anak ketika ia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning).
Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu
anak-anak mempelajari bahasa kedua, setelah dia memperoleh bahasa pertamanya.
Dengan demikian, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan
pembelajaran bahasa berkenaan dengan dengan bahasa kedua.
Dalam pemerolehan bahasa pertama, ada dua proses
yang terjadi pada anak-anak, yaitu proses kompetensi dan proses
performansi. Kedua proses ini merupakan dua buah proses yang berlainan.
Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak
disadari dan bersifat abstrak. Proses kompetensi ini menjadi syarat untuk
terjadinya proses performansi yang terdiri dari dua buah proses, yakni proses
proses pemahaman dan proses penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat
(Purnomo, 1999:15). Kompetensi mencakup tiga buah komponen tata bahasa, yakni
komponen sintaksis, komponen semantik, dan komponen fonologi (Chaer, 2003:168).
Oleh karena itu, pemerolehan bahasa ini lazim juga dibagi menjadi pemerolehan semantik,
pemerolehan sintaksis, dan pemerolehan fonologi. Ketiga komponen tata bahasa
tersebut diperoleh secara bersamaan.
2.2.
Hipotesis Nurani
Hipotesis nurani lahir dari beberapa pengamatan yang
dilakukan para pakar terhadap pemerolehan bahasa anak-anak. Di antara hasil
pengamatan itu adalah sebagai berikut.
a.
Semua anak-anak yang normal akan memperoleh bahasa ibunya apabila diperkenalkan
pada bahasa ibunya.
b.
Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan anak-anak. Artinya
baik anak cerdas maupun yang tidak cerdas akan memperoleh bahasa ibu.
c.
Kalimat-kalimat yang didengar dari anak-anak seringkali tidak gramatikal,tidak
lengkap, dan jumlahnya sedikit.
d.
Bahasa hanya dapat diajarkan kepada manusia.
e.
Proses pemerolehan bahasa oleh anak-anak sesuai dengan jadwal yang berhubungan
dengan proses pematangan jiwanya.
f.
Struktur bahasa sangat rumit, kompleks, dan bersifat universal tetapi dapat dikuasai
anak-anak dalam waktu yang relatif singkat, yakni dalam waktu tiga atau empat
tahun saja (Chaer, 2003:168—169). Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan
bahwa manusia lahir dilengkapi oleh suatu alat yang memungkinkan dapat
berbahasa dengan
mudah
dan cepat. Karena sulit dibuktikan secara empiris, paham ini mengajukan satu hipotesis
yang disebut hipotesis nurani. Selanjutnya, hipotesis nurani dibedakan menjadi
dua, yakni hipotesis nurani bahasa dan hipotesis nuranimekanisme. Hipotesis
nurani bahasa berasumsi bahwa sebagian atau semua bagian dari bahasa tidaklah
dipelajari atau diperoleh tetapi ditentukan oleh fitur-fitur nurani yang khusus
dari organisme manusia. Chomsky dan Miller (dikutip Chaer, 2003:169) mengatakan
bahwa setiap anak memiliki alat khusus untuk dapat berbahasa yang dibawa sejak
lahir, yaitu LAD (Language Acquisition Device). Alat ini berfungsi bagi
anak-anak untuk memperoleh bahasa ibunya. Hipotesis nurani mekanisme berasumsi bahwa
proses pemerolehan bahasa oleh manusia ditentukan oleh perkembangan kognitif
umum dan mekanisme nurani umum yang berinteraksi dengan pengalaman. Adapun
perbedaan antara hipotesis nurani bahasa dan hipotesis nurani mekanis terletak
pada fungsi fitur-fitur nurani. Hipotesis nurani bahasa menekankan terdapatnya
suatu “benda” nurani yang dibawa sejak lahir oleh anak-anak yang khusus untuk
bahasa dan berbahasa. Hipotesis nurani mekanisme menyatakan bahwa “benda”
nurani yang
dibawa
oleh anak sejak lahir berbentuk mekanisme yang umum untuk semua kemampuan
manusia. Bahasa dan berbahasa hanyalah sebagian dari yang umum tersebut (Keraf,
2004:30). Hipotesis Pemerolehan Bahasa...(Hayatun Nufus).
2.3.
Hipotesis Tabularasa
Hipotesis tabularasa pertama kali dikemukakan oleh
John Locke seorang tokoh empirisme yang sangat terkenal, kemudian dianut dan
disebarluaskan oleh John Watson seorang tokoh terkemuka aliran Behaviorisme
dalam psikologi. Secara harfiah, tabularasa berarti ‘kertas kosong’. Hipotesis
ini menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong
yang nanti akan ditulis atau diisi dengan pengalaman-pengalaman. Dalam
hubungannya dengan pemerolehan bahasa, menurut hipotesis tabularasa, semua
pengetahuan dalam bahasa manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa merupakan
hasil dari integrasi peristiwa-peristiwa linguistik yang dialami dan diamati
oleh manusia itu sendiri. Sejalan dengan hipotesis ini, behaviorisme menganggap
pengetahuan linguistik terdiri dari rangkaian hubungan yang dibentuk dengan
cara pembelajaran S-R (Stimulus-Respons). Cara pembelajaran S-R yang
terkenal adalah mediasi dan pelaziman operan yang telah dimodifikasi
menjadi teori-teori pembelajaran bahasa.
Teori mediasi yang diperkenalkan oleh Jenkin ini
disebut juga teori rantaian proses (responce chaining). Teori ini didasarkan
pada prinsip mediasi atau penengah. Dalam hal ini faktor penengah atau mediasi
yang dimainkan oleh otak memegang peranan penting dalam proses pembelajaran
rantaian respon tersebut. Teori pembelajaran bahasa pelaziman operan menyatakan
bahwa perilaku berbahasa seorang anak dibentuk oleh serentetan hadiah yang
beragam. Pada tahap berceloteh (babling period), seorang anak berpotensi
untuk mengucapkan semua bunyi yang ada pada semua bahasa. Namun, orang tua anak
tersebut hanya memberikan bunyi-bunyi bahasa yang ada dalam bahasa ibunya saja.
Dengan demikian, yang dilazimkan anak untuk ditirukan adalah ucapan-ucapan
orang tuanya. Jika tiruan ucapan itu benar atau mendekati ucapan yang
sebenarnya, maka dia akan mendapat “hadiah” dari ibunya dalam bentuk ciuman,
senyuman, pujian, dan sebagainya. Bisa dikatakan bahasa kanak-kanak itu
berkembang setahap demi setahap, mulai dari bunyi, kata, frase, dan kalimat.
Menurut Skinner (1957) berbicara
merupakan satu respons operan yang dilazimkan kepada sesuatu stimulus dari
dalam atau dari luar, yang sebenarnya tidak jelas diketahui. Untuk menjelaskan
hal ini Skinner memperkenalkan sekumpulan
kategori respons bahasa yang hampir serupa fungsinya dengan ucapan,
yaitu:
a.
Mand
Kata mand
adalah akar dari kata command, demand, dan lain-lain. Dalam tata
bahasa, mand ini sama dengan kalimat imperative, permohonan, atau
rayuan, apabila penutur ingin mendapatkan sesuatu.. Apabila seorang anak
mengucapkan kata ”susu” ucapan tersebut muncul karena adanya stimulus rasa
lapar atau haus sebagaimana yang pernah dialaminya dulu.
b.
Tacts
Tacts adalah ucapan
yang berhubungan dengan suatu benda atau peristiwa konkret yang muncul sebagai
akibat adanya stimulus. Dalam tata bahasa, tacts dapat disamakan dengan
menamai atau menyebut nama suatu benda atau peristiwa. Apabila seorang anak
melihat mobil (sebagai stimulus) maka ia akan mengeluarkan suatu tacts “mobil”
sebagai respons.
c.
Echoics
Echoics adalah
suatu perilaku berbahasa yang dipengaruhi oleh respons orang lain sebagai
stimulus dan kita meniru ucapan itu.
Apabila seseorang mengatakan “mobil” stimulus tersebut akan direspon dengan
ucapan “mobil”.
d.
Textual
Textual adalah
perilaku bahasa yang diatur oleh stimulus tertulis sedemikian rupa sehingga bentuk
perilaku itu mempunyai korelasi dengan bahasa yang tertulis. Korelasi tersebut
adalah hubungan sistematik antara penulisan (ejaan) suatu bahasa dengan respons
ucapan apabila membacanya secara langsung. Apabila kita melihat tulisan
<kucing> sebagai stimulus maka “kita memberikan respon “kucing”.
e.
Intraverbal Operant
Intraverbal
operan adalah operan berbahasa yang diatur oleh perilaku berbahasa
terdahulu yang dilakukan atau dialami oleh penutur. Umpamanya, kalau sebuah
kata dituliskan atau diucapkan sebagai stimulus, maka kata lain yang ada
hubungannya dengan kata itu akan diucapkan sebagai respon. Kata meja misalnya akan membangkitkan kata kursi.
2.4.
Hipotesis Kesemestaan Kognitif
Hipotesis kesemestaan kognitif diperkenalkan oleh
Pieget. Hipotesis ini mengasumsikan bahwa bahasa diperoleh berdasarkan struktur-struktur
kognitif deriamotor. Struktur-struktur ini diperoleh anak-anak melalui
interaksi dengan benda-benda atau orang-orang di sekitarnya.Urutan pemerolehan
ini secara garis besar adalah sebagai berikut.
a.
Antara usia 0 sampai dengan 1,5 tahun anak-anak mengembangkan pola-pola aksi
dengan cara bereaksi terhadap alam sekitarnya. Pada masa ini anak mulai membangun
dunia kekekalan benda.
b.
Antara usia anak dua sampai dengan tujuh tahun anak-anak memasuki tahap representasi
kecerdasan setelah struktur aksi dinuranikan. Pada tahap ini anak-anak
telah mampu membentuk representasi simbolik benda-benda seperti permainan
simbolik, peniruan, gambar-gambar, dan sebagainya.
c.
Setelah melalui tahap representasi kecerdasan berakhir, bahasa anak-anak semakin
berkembang dengan mendapatkan nilai-nilai sosialnya. Berdasarkan pernyataan di
atas, hipotesis kesemestaan kognitif ini sejalan dengan hipotesis nurani
mekanisme. Perbedaannya terletak pada nama, karena dikemukakan oleh dua dusiplin
ilmu yang berbeda yang saling mempengaruhi. Hipotesis kesemestaan kognitif
dikemukakan oleh psikologi sedangkan hipotesis nurani mekanisme dikemukakan
oleh linguistik modern.
BAB
III
PENUTUPAN
3.1.
SIMPULAN
Pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa
secara alamiah yang berlangsung di
dalam otak anak-anak ketika memperoleh bahasa pertama (bahasa ibu). Dalam
pemerolehan bahasa pertama, anak mangalami proses kompetensi dan proses
performansi. Hipotesis nurani berasumsi bahwa manusia lahir dilengkapi dengan
alat yang memungkinkan anak dapat berbahasa. Hipotesis ini dibedakan menjadi hipotesis
nurani bahasa dan hipotesis nurani mekanis.
Teori tabularasa berasumsi bahwa otak bayi pada
waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong yang nanti akan ditulis atau diisi
dengan pengalaman. Pengetahuan linguistik terdiri dari rangkaian hubungan yang
dibentuk dengan pembelajaran S-R (Stimulus-Respons). Hipotesis kesemestaan
kognitif berasumsi bahwa bahasa diperoleh berdasarkanstruktur-struktur kognitif
deriamotor.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer,
Abdul . 2003. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: PT Reneka Cipta.
Tarigan,
Henri Guntur. 1988. Pengajaran
Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa.
Dardowidjojo,
Soenjono. 2010. Psikolinguistik Pengantar
Pemahaman Bahasa Manusia: Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Shootercasino: The Top Tips for Slots and Live 파워 볼슈퍼맨 ボンズ カジノ ボンズ カジノ 카지노 카지노 카지노 카지노 10bet 10bet 188bet 188bet 메리트 카지노 쿠폰 메리트 카지노 쿠폰 m88 m88 177 vnplay - Best VPNs for Betting on Virtual Sports
BalasHapus